Udara segar belum menjadi barang ekonomi (economic goods). Sebab untuk memperolehnya tidak dibutuhkan pengorbanan (biaya). Udara segar di pedesaan adalah barang bebas (free goods). Sebaliknya udara segar di kota-kota industri di -Jepang telah menjadi barang ekonomi. Udara segar sudah langka, sehingga untuk memperolehnya dibutuhkan pengorbanan. Pads saat itulah udara segar relevan dibicarakan dalam ilmu ekonomi.
Namun sebagaimana ilmu-ilmu lainnya, ilmu ekonomi hanyalah alas untuk mema¬hami dan menganalisis keadaan yang dihadapi. Karena realitasnya begitu kompleks, maka perlu penyederhanaan. Dalam ilmu ekonomi, penyederhanaan itu terlihat dari penyederhanaan masalah-masalah yang dihadapi.
a. Apa Yang Harus Diproduksi dan Berapa Banyak?
produksi berupa barang dan jasa adalah basil transformasi berbagai faktor produksi. Barang dan jasa memberikan kegunaan/manfaat bagi pernakai /konsurnen. Pertanyaan apa yang harus diproduksi bermakna barang apa yang harus disediakan? Berapa banyak agar kesejahteraan masyarakat meningkat.
b. Bagaimana Memproduksinya?
Setelah memutuskan barang dan jasa apa saja yang harus diproduksi, pertanyaan berikut adalah, "Bagaimana memproduksinya?" Metode dan teknologi apa yang digu¬nakan dalam proses produksi? Ilmu ekonomi memandang teknologi sebagai faktor penting dalam proses produksi. Namun manfaat teknologi tidak ditentukan oleh tingkat kecanggihan. Teknologi tinggi bukan satu-satunya pilihan. Sebab banyak faktor yang harus dipertimbangkan, seperti Skala produksi, kemampuan manajemen, iklim, kemampuan financial dan sikap mental. pilihan teknologi yang digunakan sebaiknya dikaitkan dengan faktor-faktor di atas. Agar teknologi yang dipilih menghasilkan tingkat efisiensi paling besar.
c. Untuk Siapa Barang dan jasa Diproduksi?
pertanyaan ini berdimensi keadilan dan pemerataan. Sebab apa gunanya produksi melimpah karma menggunakan teknologi tinggi, berskala besar dan efisien, bila hanya dinikmati segelintir anggota masyarakat saja? Keputusan untuk siapa barang dan jasa diproduksi berkaitan erat dengan konsep keadilan masyarakat bersangkutan. Bagi masyarakat egaliter, keadilan setiap individu memperoleh jumlah yang sama. Sedangkan masyarakat utilitarian tidak terlalu mementingkan keadilan dalam jumlah. Jumlahnya silakan berbeda, yang penting apakah sesuai dengan kebutuhan atau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar